momotor.id - Ketika sebuah motor turun mesin, ada pergantian komponen yang bakal berpengaruh pada performanya. Karena komponen ini masih baru, motor yang baru turun mesin setidaknya harus menjalani masa inreyen minimal satu bulan.
Inreyen pada motor yang baru turun mesin bertujuan agar komponen yang baru diganti melakukan penyesuaian atau adaptasi terlebih dahulu.
Ketika motor masih masa inreyen, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya, pengendara belum boleh menggeber gas alias ngebut di jalan. Maksimal kecepatan yang disarankan jangan melebihi 60 km/jam.
Kemudian jika motor digunakan untuk perjalanan jauh dengan kondisi lalu lintas macet, maka perlu diistirahatkan setengah jam sekali. Dan ini berlaku untuk pemakaian motor ketika digunakan untuk bekerja dan bukan pulang kampung.
Selain itu, pemilik motor yang baru turun mesin juga perlu ganti oli dan cek ulang ke bengkel setelah satu pekan atau 500 kilometer. Proses ini juga bertujuan membersihkan mesin dari sisa-sisa serpihan logam pada komponen tersebut. Karena sisa serpihan-serpihan tersebut akan terbawa oleh oli lama.
Pada intinya, selama masa inreyen, pemakaian motor diupayakan tak digeber dan lakukan secara perlahan bila ingin meningkatkan kecepatan.
Misalnya, ketika akan meningkatkan kecepatan dari 0-80 km/jam, biasanya bisa dilakukan dalam waktu 9-10 detik. Nah, selama masa inreyen, perlambat waktu peningkatannya menjadi 20-25 detik karena dilakukan secara bertahap.
Baca juga: Benarkah Gonta-ganti Brand Oli Gak Bagus Buat Mesin Motor?
Selain itu, hindari memutar gas terlalu penuh atau melakukan pengereman mendadak. Karena yang membutuhkan adaptasi bukan hanya bagian mesin, namun bagian ban dan pengereman juga perlu penyesuaian.
Lalu, berapa lama waktu melakunan inreyen motor? Minimal setelah menempuh jarak 250 km dan paling jauh 500 km. Saat sudah mencapai jarak minimal atau maksimal tersebut, motor perlu ganti oli agar sisa-sisa serpihan logam hasil gesekan antar komponen di dalam mesin bisa larut terbuang bersama oli lama.